Jumat, 10 April 2020

#DiRumahAja : Ceritain Diri Sendiri

Tulisan ini disponsori oleh diri sendiri untuk mengingatkan diri ini, bahwa suatu yang di ucapkan, di tuliskan, dibercandai dsbnya hanya soal waktu menjadi suatu kejadian nyata yang mengubah kehidupan perlahan-lahan, maka berhati-hatilah.
Cuaca teduh menaungi langit pagi ini, kurasa matahari sedang bertukar shift dengan si kelabu. 

Terlepas dari doa dan usaha, kupikir segala tindakan dan ucapan menjadi opsi berikutnya yang harus diperhatikan, maksudku kita perlu berhati-hati namun tidak juga membatasi. Mengambil contoh dari kehidupan pribadi yang dampaknya dirasakan oleh diri sendiri dan yaaaa, kadang hampir tidak bisa dipercaya sehingga respon yang di keluarkan seperti “YaAllah bisa kaya gini” atau “Yaampuun bener kejadiaan ini tuh” dllnya. 

Beberapa kejadian yang kuambil sebagai contoh;

Pertama, menoleh ke belakang tepatnya sekitar tahun 2012an. Aku yang saat itu meranjak SMK dibuat pusing, sedih, sampai menangis oleh keadaan fisikku yang bisa dikatakan mulai menampakan “keanehannya” disebut cacat ya bukan juga, disebut kelainan lebih tepatnya, yang seiring berjalannya waktu kuketahui bahwa aku terdiagnosa kelainan tulang belakang atau kata lainnya Skoliosis. Sedih? Kecewa? Tidak terima? Tentu, apalagi ini bukan kelainan yang dibawa sejak lahir. Aku ingat betul, meski perekonomian keluargaku cukup, cukup untuk makan, cukup untuk keberlangsungan hidup, tapi aku sungkan meminta ke mereka untuk mengecekan keadaanku ke dokter di mana aku tahu sekali konsultasi ke dokter dan yang mana pastinya aku harus rontgen akan menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Saat itu mungkin jalan terbaik dan bijaknya, aku mengunci diri menghindari pertemuan dengan teman-teman, sok-sokan berjalan tegak agar tidak terlihat bungkuk sebab punuk yang semakin membesar dan bentuk tubuh yang semakin tidak simetris dan kurang jelas. Jujur, sakit, pegal, tidak nyaman sekali ketika harus menahan berjam-jam tubuh dalam posisi tegak saat sedang sekolah atau bepergian. Cerita selengkapnya mungkin akan kubuatkan dikesempatan tulisan berikutnya.

Singkat cerita, kelainan yang ada di tubuhku coba kukubur bersama angan-angan pengobatan atau hal-hal yang dapat mengubahnya. Aku hanya mampu berdoa, olahraga, atau aktivitas yang kupikir bisa menekan perkembangan kelainan yang ada. Pertengahan tahun 2015 tepatnya bulan juli, pertama kalinya aku berkonsultasi ke dokter spesialis Orthopedi, namanya dokter Alif, ia ramah, kata-katanya halus namun secara bersamaan menjadi tamparan sangat keras untukku. Selain mendiagnosa keluhanku, ia juga mengatakan “Gausah takut gadapet jodoh, jodoh udah diatur sama Allah” ucapannya meneduhkan, detik itu juga ada rasa berdesir di hatiku, sebenarnya air mata ingin menetes namun kutahan sedemikian rupa, imbasnya ketika ingin tidur aku menangis sekuat-kuatnya hahaha. Hingga, semua proses telah kujalani dari 0 sampai selesai, sekarang. Mulai dari konsultasi ke beberapa dokter dan rumah sakit berbeda, rontgen yang entah sudah berapa kali kucoba dengan beberapa gaya berbeda, Operasi pemasangan pen di awal tahun 2016, menginap di ruang ICU selama 6hari, belajar berjalan, menunduk, gerakan salat, memakai alat-alat yang dahulu cuma kulihat di sinetron ketika keadaan sedang darurat. kubayangkan betapa kerennya jika memakai alat itu dan yaaa lagi lagi ucapan adalah doa, entah harus sedih atau senang ketika usai operasi memakai alat-alat itu disekujur badan.

Aku senang, bersyukur sekali dapat kesempatan seamazing itu, empat tahun berlalu, dan rasanya masih sama bahkan bertambah besar, tidak percaya, tidak menyangka doa-doa, ucapan, usaha-usahaku yang kutabung di tahun-tahun sebelumnya bakal terwujud dan tahap demi tahap pengobatanku dari awal hingga dieksekusi terbilang prosesnya cepat. MASYA ALLAH. Meski ada juga segelintir orang yang mengatakan aku begini begitu sebab memiliki kelainan pada tulang belakang. But, I don’t care. Mereka hanya belum tahu cerita lengkapnya, yang mereka tahu hanya potongan-potongan cerita menggiring persepsi/opini. Jika mereka ingin tahu lengkapnya, aku pun dengan senang hati menceritakannya :)

  Cerita kedua, jauh sebelum aku kuliah dan belum tahu pasti akan melanjutkan ke universitas apa. Bisa dibilang setiap berdoa, setiap memperbincangkan hal-hal yang bersangkutan dunia perkuliahan, aku pasti akan mengatakan “YaAllah pengen berangkat kerja atau kuliah setiap hari naik KRL” hahaha. Kalau ditanya alasannya, hmm aku akan menjawab karena naik KRL seru, banyak pemandangan yang tak bisa dijumpai di transportasi lain, orang-orang berbeda berlalu-lalalng terlihat setiap harinya, sesimple itu. Terengtengteng, dan yaaa ucapan-ucapan baik itu kembali menjadi nyata. Meski naik KRL tak berujung selalu manis, aku tetap senang karena itu adalah salah satu doaku padaNya.

Cerita ketiga, setelah operasi pemasangan pen yang hasilnya masyaAllah baiknya dari ekspektasiku. Cerita kali ini juga di luar ekspektasiku. Setiap aku membayangkan kembali kejadian-kejadian di luar nalarku, aku hanya dapat bersyukur sebanyak-banyaknya dan mengatakan ini semua di bawah KuasaNya, tak elok jika pikiranku negative kepadaNya, Astagfirullah, maafkan hambaMu yang masih sendiri ini yaAllah. Kejadiannya pertengahan Oktober 2019 lalu, sebab satu dan lain hal mengharuskanku untuk entah bagaimana caranya berpindah kelas dari regular ke kelas ekstensi di semester depan. Tidak terlalu sulit, tapi bagiku yang sulit ketika itu bagaimana caranya agar aku mendapatkan pekerjaan di waktu yang bisa dibilang tidak lama ini. Berpikir keras sudah,  usaha sudah, berdoa jangan ditanya pastinya telah kulakukan. Dua bulan berlalu, aku makin pusing dan entah harus bagaimana lagi jika belum dapat pekerjaan. Usai salat selalu kuselipkan doa dalam hati seperti ini “YaAllah semoga Ade segera dapat pekerjaan sebelum semester ganjil ini berakhir dan semester genap di mulai ya Allah.” Menuju akhir Desember 2019, angin segar itu datang, hawanya sangat menyejukkan. Entah semesta ingin memberi kejutan apa, tiba-tiba berita baik itu datang dari salah satu kerabatku yang mengabarkan seutas info lowongan pekerjaan. Setelah membahas ini-itu, akhirnya sebelum habis Desember dan tahun berganti, aku sudah mendapatkan pekerjaan, partner kerja yang satu frekuensi, lokasi tempat kerja yang tidak terlalu jauh dari rumah dllnya. Senang? Senang sekali, sampai sekarang aku seperti mimpi setelah kejadian-kejadian di luar nalarku bergantian terjadi begitu saja, Alhamdulillah, semuanya berakhir dengan bahagia. Kalau pun tidak berakhir bahagia atau sesuai kemauanku, aku tidak akan kecewa, karenaku berharap denganNya bukan dengan sesama makhlukNya. Hahaha.

Cerita lainnya tentu masih banyak lagi, mungkin akan panjang jika semuanya kutuliskan itu pun belum terhitung jika ada cerita yang terlewat hahaha. Kesimpulannya, apa pun itu, Jika bisa ditahan, aku rasa setiap ucapan yang keluar dari lisan maupun tulisan harap untuk tidak berkata sembarangan dan tentunya difilter kembali. Selain kejadian-kejadian di atas merupakan unsur dari campur tanganNya, doa-doa baik orang tua, kakak, saudara, oranglain, bahkan doa maupun perkataan yang sering sekali kulontarkan. Terkadang kita terlalu bebas hingga lupa sudah terlalu jauh keluar jalur dan ketika ucapan maupun tulisan kurang baik itu dikabuli kita merutukiNya, tidak terima, Astagfriullah. 

Tulisan ini tidak bermaksud menggurui atau menjerumusi. Tulisan ini aku dedikasikan untukku sendiri, sebagai pengingat bahwa banyak kesalahan atau pun kejadian fatal yang bisa disebabkan dari sembarang doa, ucapan, tulisan yang kulakukan. Terlepas dari itu, jika tulisan ini dapat menjadi pengingat oranglain juga, tentu aku pun senang karena bisa sama-sama mengubah dan berbenah diri. Bukan membatasi, tapi berhati-hati dan bijaklah :)

#DiRumahAja
                                                                                                                             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar