Tulisan ini disponsori oleh diri
sendiri untuk mengingatkan diri ini, bahwa suatu yang di ucapkan, di tuliskan,
dibercandai dsbnya hanya soal waktu menjadi suatu kejadian nyata yang mengubah
kehidupan perlahan-lahan, maka berhati-hatilah.
Cuaca
teduh menaungi langit pagi ini, kurasa matahari sedang bertukar shift dengan si kelabu.
Terlepas
dari doa dan usaha, kupikir segala tindakan dan ucapan menjadi opsi berikutnya
yang harus diperhatikan, maksudku kita perlu berhati-hati namun tidak juga
membatasi. Mengambil contoh dari kehidupan pribadi yang dampaknya dirasakan
oleh diri sendiri dan yaaaa, kadang hampir tidak bisa dipercaya sehingga respon
yang di keluarkan seperti “YaAllah bisa kaya gini” atau “Yaampuun bener
kejadiaan ini tuh” dllnya.
Beberapa
kejadian yang kuambil sebagai contoh;
Pertama, menoleh ke belakang
tepatnya sekitar tahun 2012an. Aku yang saat itu meranjak SMK dibuat pusing,
sedih, sampai menangis oleh keadaan fisikku yang bisa dikatakan mulai
menampakan “keanehannya” disebut cacat ya bukan juga, disebut kelainan lebih
tepatnya, yang seiring berjalannya waktu kuketahui bahwa aku terdiagnosa
kelainan tulang belakang atau kata lainnya Skoliosis. Sedih? Kecewa? Tidak
terima? Tentu, apalagi ini bukan kelainan yang dibawa sejak lahir. Aku ingat
betul, meski perekonomian keluargaku cukup, cukup untuk makan, cukup untuk
keberlangsungan hidup, tapi aku sungkan meminta ke mereka untuk mengecekan
keadaanku ke dokter di mana aku tahu sekali konsultasi ke dokter dan yang mana
pastinya aku harus rontgen akan menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Saat itu
mungkin jalan terbaik dan bijaknya, aku mengunci diri menghindari pertemuan
dengan teman-teman, sok-sokan berjalan tegak agar tidak terlihat bungkuk sebab
punuk yang semakin membesar dan bentuk tubuh yang semakin tidak simetris dan
kurang jelas. Jujur, sakit, pegal, tidak nyaman sekali ketika harus menahan
berjam-jam tubuh dalam posisi tegak saat sedang sekolah atau bepergian. Cerita
selengkapnya mungkin akan kubuatkan dikesempatan tulisan berikutnya.
Singkat cerita, kelainan yang ada
di tubuhku coba kukubur bersama angan-angan pengobatan atau hal-hal yang dapat
mengubahnya. Aku hanya mampu berdoa, olahraga, atau aktivitas yang kupikir bisa
menekan perkembangan kelainan yang ada. Pertengahan tahun 2015 tepatnya bulan
juli, pertama kalinya aku berkonsultasi ke dokter spesialis Orthopedi, namanya
dokter Alif, ia ramah, kata-katanya halus namun secara bersamaan menjadi
tamparan sangat keras untukku. Selain mendiagnosa keluhanku, ia juga mengatakan
“Gausah takut gadapet jodoh, jodoh udah
diatur sama Allah” ucapannya meneduhkan, detik itu juga ada rasa berdesir
di hatiku, sebenarnya air mata ingin menetes namun kutahan sedemikian rupa,
imbasnya ketika ingin tidur aku menangis sekuat-kuatnya hahaha. Hingga, semua
proses telah kujalani dari 0 sampai selesai, sekarang. Mulai dari konsultasi ke
beberapa dokter dan rumah sakit berbeda, rontgen yang entah sudah berapa kali
kucoba dengan beberapa gaya berbeda, Operasi pemasangan pen di awal tahun 2016,
menginap di ruang ICU selama 6hari, belajar berjalan, menunduk, gerakan salat,
memakai alat-alat yang dahulu cuma kulihat di sinetron ketika keadaan sedang
darurat. kubayangkan betapa kerennya jika memakai alat itu dan yaaa lagi lagi
ucapan adalah doa, entah harus sedih atau senang ketika usai operasi memakai
alat-alat itu disekujur badan.
Aku senang, bersyukur sekali dapat
kesempatan seamazing itu, empat tahun
berlalu, dan rasanya masih sama bahkan bertambah besar, tidak percaya, tidak
menyangka doa-doa, ucapan, usaha-usahaku yang kutabung di tahun-tahun
sebelumnya bakal terwujud dan tahap demi tahap pengobatanku dari awal hingga
dieksekusi terbilang prosesnya cepat. MASYA ALLAH. Meski ada juga segelintir
orang yang mengatakan aku begini begitu sebab memiliki kelainan pada tulang
belakang. But, I don’t care. Mereka
hanya belum tahu cerita lengkapnya, yang mereka tahu hanya potongan-potongan
cerita menggiring persepsi/opini. Jika mereka ingin tahu lengkapnya, aku pun
dengan senang hati menceritakannya :)
Cerita kedua, jauh sebelum aku kuliah dan belum tahu pasti akan
melanjutkan ke universitas apa. Bisa dibilang setiap berdoa, setiap
memperbincangkan hal-hal yang bersangkutan dunia perkuliahan, aku pasti akan
mengatakan “YaAllah pengen berangkat kerja atau kuliah setiap hari naik KRL”
hahaha. Kalau ditanya alasannya, hmm aku akan menjawab karena naik KRL seru,
banyak pemandangan yang tak bisa dijumpai di transportasi lain, orang-orang
berbeda berlalu-lalalng terlihat setiap harinya, sesimple itu. Terengtengteng, dan
yaaa ucapan-ucapan baik itu kembali menjadi nyata. Meski naik KRL tak berujung
selalu manis, aku tetap senang karena itu adalah salah satu doaku padaNya.
Cerita ketiga, setelah operasi
pemasangan pen yang hasilnya masyaAllah baiknya dari ekspektasiku. Cerita kali
ini juga di luar ekspektasiku. Setiap aku membayangkan kembali
kejadian-kejadian di luar nalarku, aku hanya dapat bersyukur sebanyak-banyaknya
dan mengatakan ini semua di bawah KuasaNya, tak elok jika pikiranku negative
kepadaNya, Astagfirullah, maafkan hambaMu yang masih sendiri ini
yaAllah. Kejadiannya pertengahan Oktober 2019 lalu, sebab satu dan lain hal
mengharuskanku untuk entah bagaimana caranya berpindah kelas dari regular ke
kelas ekstensi di semester depan. Tidak terlalu sulit, tapi bagiku yang sulit
ketika itu bagaimana caranya agar aku mendapatkan pekerjaan di waktu yang bisa
dibilang tidak lama ini. Berpikir keras sudah, usaha sudah, berdoa jangan ditanya pastinya
telah kulakukan. Dua bulan berlalu, aku makin pusing dan entah harus bagaimana
lagi jika belum dapat pekerjaan. Usai salat selalu kuselipkan doa dalam hati
seperti ini “YaAllah semoga Ade segera dapat pekerjaan sebelum semester ganjil
ini berakhir dan semester genap di mulai ya Allah.” Menuju akhir Desember 2019,
angin segar itu datang, hawanya sangat menyejukkan. Entah semesta ingin memberi
kejutan apa, tiba-tiba berita baik itu datang dari salah satu kerabatku yang
mengabarkan seutas info lowongan pekerjaan. Setelah membahas ini-itu, akhirnya
sebelum habis Desember dan tahun berganti, aku sudah mendapatkan pekerjaan,
partner kerja yang satu frekuensi, lokasi tempat kerja yang tidak terlalu jauh
dari rumah dllnya. Senang? Senang sekali, sampai sekarang aku seperti mimpi
setelah kejadian-kejadian di luar nalarku bergantian terjadi begitu saja,
Alhamdulillah, semuanya berakhir dengan bahagia. Kalau pun tidak berakhir
bahagia atau sesuai kemauanku, aku tidak akan kecewa, karenaku berharap
denganNya bukan dengan sesama makhlukNya. Hahaha.
Cerita lainnya tentu masih banyak
lagi, mungkin akan panjang jika semuanya kutuliskan itu pun belum terhitung
jika ada cerita yang terlewat hahaha. Kesimpulannya, apa pun itu, Jika bisa
ditahan, aku rasa setiap ucapan yang keluar dari lisan maupun tulisan harap untuk
tidak berkata sembarangan dan tentunya difilter
kembali. Selain kejadian-kejadian di atas merupakan unsur dari campur tanganNya,
doa-doa baik orang tua, kakak, saudara, oranglain, bahkan doa maupun perkataan
yang sering sekali kulontarkan. Terkadang kita terlalu bebas hingga lupa sudah
terlalu jauh keluar jalur dan ketika ucapan maupun tulisan kurang baik itu
dikabuli kita merutukiNya, tidak terima, Astagfriullah.
Tulisan ini tidak bermaksud
menggurui atau menjerumusi. Tulisan ini aku dedikasikan untukku sendiri, sebagai
pengingat bahwa banyak kesalahan atau pun kejadian fatal yang bisa disebabkan
dari sembarang doa, ucapan, tulisan yang kulakukan. Terlepas dari itu, jika
tulisan ini dapat menjadi pengingat oranglain juga, tentu aku pun senang karena
bisa sama-sama mengubah dan berbenah diri. Bukan membatasi, tapi berhati-hati
dan bijaklah :)
#DiRumahAja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar