Lama tak bersua. Aku kembali, untuk menuliskan catatan perjalananku
sebagai seorang Skolioser sejati. Awalnya aku masih menimbang-nimbang. Namun
setelah berpikir matang serta banyaknya dukungan, saran dan kritik dari
teman-teman sekalian, membuatku kembali ingin melanjutkan kisah bertagar #ScoliosisSurvive
itu, dan akhirnya aku terpanggil. Yeayy.
![]() |
Selamat Membaca :) |
Melanjutkan kisah #ScoliosisSurvive Part 3 yang menceritakan dimana
sedemikan perbedaan-perbedaan pada diriku sebelum maupun setelah dilakukakannya
Operasi Skoliosis. Nah, pada kesempatan yang berbahagia ini, aku ingin
menceritakan lebih lanjut bagaimana dengan adanya “benda asing” di dalam tubuhku, yang sudah tertanam dan
terpasang rapi kurang lebihnya 250 sekian hari lamanya. Masih terlalu dini
untuk seukuran Skolioser sepertiku, karena tak dipungkiri ada yang lebih lama
lagi dibanding aku hehehe.
![]() |
Rontgen Agustus, 2016 |
Ohiya, perlu diketahui juga tulisan ini disponsori oleh diriku yang amat
“penasaran” tentang dunia pertulangan
bukan petualangan loh ya hahaha, apalagi setelah adanya pen & screw. Dulu sebelum Operasi aku penasaran dengan yang
namanya pen, screw, titanium, lalu
bagaimana proses Operasi dilakukan, pembedahan, pendarahan, kelumpuhan bahkan
sampai risiko kematian. Banyak pertanyaan yang mengusik ketenangan hati, sampai
aku mencari sumber informasi darimana pun adanya, bertanya ke Google, ke Dokter sana, Dokter sini,
bertanya dengan teman yang sudah Operasi dsbnya. Alhamdulillah, kini masa-masa
itu telah sempurna terlewati, tak disangka aku ternyata kepo sekali dan itu
berlanjut hingga sekarang hahaha. Sejujurnya, aku merasa setelah Operasi
Skoliosis lebih banyak lagi pertanyaan yang siap ku lontarkan pada Dokter ketika
sedang berkonsultasi. Aku rasa ini wajar, terkait “benda asing” di dalam tubuhku. Mulai dari pertanyaan serius
sampai pertanyaan yang dianggap sebagian orang terdengar “konyol” bagiku itu
tak masalah karna tiap individu bebas berpendapat. Well, ketika kalian membaca tulisan ini semoga dapat mengobati rasa
penasaran yang mengganjal di pikiran serta hati sepertiku hahaha.
Beberapa waktu lalu, tepatnya setelah Operasi Skoliosis aku rutin
berkonsultasi ke Dokter Orthopedi selain memang sudah tertera dijadwal kontrol post Operasi. Awalnya
pertanyaan-pertanyaan standart saja
yang aku tanyakan pada sang Dokter. Eh, tapi ketika sedang perjalanan pulang
kerumah “pertanyaan-pertanyaan” yang belum sempat aku tanyakan mencuat begitu
saja. Telat sekali memang, tapi ya namanya manusia suka khilaf hahaha.
Kira-kira bulan April lalu, aku kembali menemui sang Dokter lagi-lagi untuk
berkonsultasi dan tak lupa menanyakan pertanyaan “Sakti”. Waktu itu aku bertanya tentang hal-hal apa saja yang
sudah boleh dilakukan
mengingat aku sudah 3 bulan usai Operasi Skoliosis. Sang Dokter pun memberikan
jawabannya, kata beliau aku boleh melakukan olahraga renang. Wow r e n a n g,
padahal aku sempat berpikir bahwa setelah Operasi tidak diperkenankan melakukan
olahraga renang kembali, ternyata dugaanku salah hahaha (perlu digaris bawahi,
beda Dokter beda penanganan, So, boleh atau tidaknya diskusikan kembali pada
Dokter kalian :) ). Mendengar pernyataannya aku senang sekali, sudah saja aku
jadi semangat ke pertanyaan
selanjutnya perihal “minuman bersoda” oke kalian boleh tertawa lucu membacanya, tapi sungguh ini pertanyaan
yang sangat mengganjal dihatiku saat itu haha. Begini, mengapa aku pertanyakan
soal itu padahal terlihat sepele bukan? Jadi entah darimana aku sempat
kepikiran tentang itu, awalnya aku berpikir minum susu saja kita bisa bertambah
tinggi sebab kalsium yang terkandung di dalam susu, nah aku jadi saja berpikir
bahwa minum minuman bersoda dapat mengikis permukaan pen atau screw yang berbahan logam titanium itu karna komposisi zat kandungannya. Aku amat polos
sekali saat menanyakan perihal itu haha. Tak lama sang Dokter dengan senyum
sumringah terpancar menatapku, sungguh selain wajahnya tampan aku amat menunggu
jawabannya haha. Beliau berkata, boleh minum bersoda, apapun tak ada pantangan
makanan dan minuman setelah Operasi, bahkan aku disarankan makan yang banyak
agar badanku lebih berisi. Lalu, Pertanyaan selanjutnya ialah perihal rasa baal atau kebal yang terasa di
sepanjang punggung dan bekas jahitan, aku bertanya pada sang Dokter apakah rasa baal atau kebal yang
kumaksud bisa hilang dalam beberapa waktu ke depan atau tetap terasa sampai
waktu yang belum ditentukan? Kemudian beliau langsung mengemukakan pendapatnya.
Beliau katakan rasa baal atau kebal terbagi 2, ada yang memang akan hilang dan
ada juga yang tidak bisa hilang, sebabnya aku lupa karna beliau menggunakan
bahasa Kedokteran, rumit hahaha. Mendengar penjelasannya rasa penasaran yang
mengganjal sedari awal luruh perlahan. Aku puas, dan sebelum menyudahi konsultasiku
Dokter menambahkan saran agar aku tak terlalu banyak melakukan aktivitas
menunduk/merunduk/menukik sebab adanya pen
& screw membuat punggung kaku yang ditakutkan hal-hal tidak diinginkan
terjadi, belum lagi aku yang dalam tahap belajar mencoba gerakan rukuk ketika
itu. Kalau kalian bertanya rasa baal itu seperti apa, akan aku jawab seperti
mati rasa, yap tidak ada rasa, aneh bukan? Tapi memang begitu adanya, disentuh
atau dipegang pun butuh beberapa detik untuk meyakinkan bahwa memang sedang
disentuh atau dipegang. Lalu bagaimana misalnya daerah yang baal digigit nyamuk?
Nah ini, kadang aku merasa ingin sekali menggaruknya tapi percuma punggungku
tak berasa apa-apa, hanya ada rasa aneh tanpa mengurangi rasa gatalnya, dan
saat aku digigit oleh nyamuk aku selalu mengumpat kepadanya, bahwa sia-sialah
dia menggigitku, sebab yang digigit tidak berasa apa-apa hahahaha. Usai
berkonsultasi hari itu, aku pulang dengan rasa tenang di dada sebab
pertanyaanku sudah terjawab.
Selang beberapa bulan, tepatnya bulan Juli setelah lebaran Idul Fitri.
Aku memutuskan mencoba berenang atas saran Dokter tentunya, mengajak serta Ibu,
kakak-ku, kedua kemenakan dan sepupuku. Itu merupakan renang pertama setelah
Operasi Skoliosis, setelah terakhir kalinya berenang akhir Desember 2015 lalu.
Senang? Jangan ditanya, ini moment yang selalu kurindukan~ awalnya aku berenang
di kolam kecil yang dalamnya hanya selutut dan sepinggulku, mengajarkan kemenakanku
berlatih mengayunkan kedua kakinya di air. Sejurus kemudian, aku merasa
terpanggil dengan kolam bawah yang dulu dalam airnya seketiakku, setelah
mencoba turun ke dalam kolam itu, ternyata tinggi airnya hanya seperutku saja haha,
oke ini disponsori oleh tinggiku yang bertambah setelah Operasi. Heran, itu
pasti. Tak pakai lama aku langsung mengambil kuda-kuda untuk melakukan seluncur
seraya menyelam ke dalam air, dan bisa! Kupikir setelah di Operasi, kemudian
berenang rasanya akan janggal, tetapi tidak juga, aku seperti menemukan diriku
kembali seperti dulu. Hanya saja karena aku berenang di kolam umum untuk
melakukan seluncur mesti tengok kanan tengok kiri seperti mau menyebrang jalan,
mengapa demikian? Sebab aku takut punggungku tepatnya tulang belakangku akan
tertendang oleh kaki orang lain maka dari itu aku melakukan hal itu hahaha.
Alhamdulillahnya, aku bisa berenang hehe. Oia, saat sedang berenang juga tiba-tiba
pahaku kram, lumayan sakit tetapi kucoba tenang. Well, setelah menepi di pinggir kolam aku baru ingat, aku belum
melakukan stretching atau yang biasa
disebut peregangan otot, itu kesalahanku. 10 menitan kucoba diamkan,
berangsur-angsur kemudian rasa kramnya hilang, aku langsung melanjutkan
kegiatan renangku. Tak lama dari itu kedua kemenakanku menghampiriku, katanya
ingin berenang bersama tante Nia. Gampang saja bagiku sebenarnya, tapi
mengingat kami tidak membawa pelampung atau ban akhirnya ku gendonglah mereka.
Ini moment langka kalo boleh dibilang. Iya. Untuk pertama kalinya setelah
Operasi aku menggendong mereka, tentunya hanya dilakukan ketika di dalam kolam
air, dimana masa volume air lebih banyak daripada massa berat kalo tidak salah
begitu, jadi benda berat akan terasa lebih ringan di dalam air dibandingkan di
darat, maaf kalo salah wkwkwk. Sebab jika sudah di daratan aku mana sanggup
menggendong mereka yang rata-rata beratnya di atas 15 kilogram itu, bisa rontok
punggungku hahaha. Lagi juga aku belum diperkenankan membawa benda-benda berat
tidak diperkenankan malah, maka dari itu aku pergunakan sebaik mungkin. Kemenakannya
riang, tante pun senang, pokoknya mah bahagia bersama hahahanjay. Saking senangnya, aku lupa
mengabadikan moment tersebut, tetapi tidak masalah karna sesungguhnya lensa
mata dapat merekam semua kejadian dibanding dengan lensa camera. So, enjoy your life~
2 minggu setelah itu, aku kembali berenang ditemani oleh kakak-ku dan
teman SDku serta adik perempuannya. Rasanya tak ada yang berbeda, hanya saja
kali ini aku ingat untuk melakukan stretching
terlebih dahulu sebelum menyelam ke dalam kolam renang hahaha. Temanku juga
mengabadikan setiap moment yang kami lewati bersama, harap dimaklumi kalo
cewek-cewek sudah kumpul memang begitu, tak lengkap bila tidak ber-selfie ria hahaha. Berikut foto-foto kami.
![]() |
Candid dari belakang, btw aku yang kerudung abu |
Selain berenang, aku juga melakukan olahraga lain, seperti jalan santai
dan bersepeda. Biasanya aku lakukan bersama teman dan kakak-ku di hari sabtu dan
minggu, di pagi atau sore hari, kebetulan kediamanku dekat akan Gelanggang
OlahRaga (GOR) jadi setiap aku ingin berolahraga aku selalu pergi kesana.
Berikut foto-foto kami.
![]() |
![]() |
***
Awal bulan Agustus lalu, aku kembali menemui Dokter Orthopedi karna
memang sudah jadwalnya control post Operasi
7 bulan. Dalam pertemuan yang tidak berlangsung lama itu, Dokter
memerintahkanku untuk di rontgen kembali.
Tentu ada tujuannya, yap. rontgen kali
ini untuk melihat keadaan pen & screw
setelah Operasi Skoliosis 7 bulan lalu. Selesai, dari berkonsultasi, aku segera
menuju Ruang Radiologi yang letaknya tak jauh dari Poli Orthopedi itu.
Sesampainya di sana, aku langsung mengurus administrasi dan menunggu untuk
dipanggil namanya. Entahlah, sudah berapa puluh kali aku di rontgen hahaha, aku juga sudah hafal
betul gerakan-gerakan apa saja yang mesti di lakukan. Usai dari itu aku pulang
untuk beristirahat.
2 minggu kemudian, aku datang lagi ke sebuah Rumah Sakit swasta di
daerahku karna ada keperluan, selain itu aku juga berkonsultasi dengan Dokter
Ortopedi di sana. Meski sang Dokter tidak ikut serta menangani saat aku di
Operasi, tapi jasa beliau masih ku ingat lekat. Aku ingat setahun lalu tepatnya
bulan Agustus juga, sebelum aku memutuskan untuk Operasi. Aku berkonsultasi
dengannya, bertanya ini-itu, yang selalu ku ingat dari beliau adalah ketika ia
mengatakan ‘Masih banyak
yang mau kok, tenang aja’… ‘Jodoh mah
udah diatur sama Allah’ sambil tersenyum. Oh my Lord…. Seperti
ditancapkan belati, kalimat sederhana itu menusuk tepat di lubuk hati. Aku mengerti
yang beliau pikirkan, tentang pasangan hidup kelak. Aku amat sangat sadar,
beliau mengatakan itu bukan semata-mata untuk menyinggungku, lebih dari itu
niatnya baik. Mengingatkan, agar aku tak berlarut-larut meratapi bentuk fisikku
yang abnormal ini dengan mengaitkannya pada pasangan hidup. Setelah mendengarkan
perkataan beliau, aku seperti mendapatkan secercah harapan, aku berusaha
bangkit, bangkit, bangkit, bangkit, dan kini menjadi diriku sendiri yang memang
apa adanya dengan bentuk fisik yang Allah titipkan, dan aku mensyukurinya :).
Balik lagi kecerita…..hari itu aku bercerita banyak padanya. Beliau senang saat
mendapati kabar kalo aku sudah Operasi Skoliosis, panjang kali lebar aku
berbincang-bincang padanya, dari membahas hasil rontgen-ku, membahas biaya Operasi, yang persatu screwnya saja sudah merogoh pengeluaran
belum ditambah lain-lainnya, aku paham betul itu, bisa diibaratkan “menaruh
satu unit mobil dipunggung”. Sebab biaya Operasi Skoliosis setara dengan harga
satu unit mobil itupun bisa lebih, wow sekali bukan? Haha. Sama seperti
sebelumnya, aku mengajukan satu pertanyaan
padanya. Tentang apakah, setelah Operasi pemasangan pen derajat yang sudah dikoreksi dapat bertambah atau akan tetap,
Dok? Dan beliau menjawab, derajat akan tetap
sama, lalu beliau menjelaskannya dengan menyertakan bahasa Kedokteran yang
rumit ku pahami hahaha. Kurang lebih 20 menitan berbincang-bincang, aku segera
mengakhiri pertemuan itu karna kurasa sudah cukup, namun sebelum beranjak dari
ruangannya beliau memberikan wejangan padaku seperti ini “Sekarang kamu sudah di Operasi, harus ditambah lagi rasa syukurnya pada
Allah”….”jangan lupa, dijaga baik-baik”….”Lakukan yang ingin kamu lakukan,
selama itu baik buat kamu”… seraya
tersenyum. Sungguh mataku berkaca-kaca mendengar kalimat-kalimat menyejukkan
itu :’). Aku beruntung, dipertemukan dengan beliau.
****
Awal September lalu tepatnya di salah satu Rumah Sakit
Pusat di bilangan Jakarta Selatan, aku kembali berjumpa dengan Dokter untuk
berkonsultasi sesuai jadwal yang tertera. Kali ini membahas tentang hasil rontgen post Operasi yang telah kulalui. Sang Dokter meraih 4 film rontgen, masing-masing 2 foto sehabis
Operasi dilakukan dan 2 foto lainnya setelah post Operasi 7 bulan. Well, ini
yang amat kunantikan, aku penasaran dengan hasilnya. Dag-dig-dug jelas, aku
takut hasilnya tidak seperti yang sebelumnya. Lalu Dokter mulai meneliti ke 4
foto itu, sejurus kemudian ia menjelaskan hasilnya. Beliau katakan, pen yang terpasang dalam kondisi baik,
bagus katanya, masih sama seperti yang terdahulu. Wuftt, lega Alhamdu?lillah.
Puas akan jawabannya, hasrat kepoku menggelora seketika. Alhasil, aku banyak
melontarkan pertanyaan-pertanyaan padanya. Pertama, aku bertanya dengan
pertanyaan sama yang aku ajukan pada Dokter sebelumnya, perihal derajat yang setelah dikoreksi apakah bisa
bertambah atau akan tetep sama, Dok? Well, rupanya jawabannya nyaris sama,
beliau katakan derajat akan tetap sama, lalu menjelaskannya dengan menyertakan
bahasa Kedokteran yang rumit ku pahami hahaha. Kedua, aku bertanya perihal olahraga apa saja yang boleh aku
lakukan, Dok? Kemudian,
beliau menjawab, bahwa olahraga yang dapat aku lakukan seperti bersepeda,
berenang, lari. Mendengar kata ‘lari’ aku percaya tidak percaya, selama ini
yang aku yakini lari tidak diperkenankan karna katanya gerakan ‘hentakannya’
berisiko. Tapi tak sampai di situ Dokter menjelaskan lari boleh dilakukan asalkan dalam batas wajar maksudnya lari
pelan tidak menggebu-gebu seperti lari cepat, dan aku jadi penasaran ingin
mencobanya hahaha. Karna semakin seru, aku melanjutkan ke pertanyaan berikutnya, perihal apakah aku boleh mendaki gunung, Dok? Mungkin segelintir orang akan berkata ini pertanyaan
konyol, pasalnya aku yang belum lama dipasang pen sudah nekat menanyakan hal itu. Usai aku mengajukan pertanyaan,
sang Dokter kulihat mengusap-ngusap pelipisnya serta ada tawa tertahan di
bibirnya, di susul celetuk Ibuku “Banyak maunya emang anak ini, Dok” sambil
menahan tawa, perawat yang sedang berada di ruangan itu pun ikut tergelak tawa,
mungkin evek pertanyaan absurd-ku
tadi hahaha. Beberapa detik kemudian beliau menjawab boleh, asalkan fisikku
mampu, lalu beliau menyarankan agar aku jika ingin mendaki gunung sebaiknya
ketika pen & screw dalam posisi
sudah menyatu dengan tulang belakang, kurang lebih ketika satu tahun lebih
setelah pasca Operasi. Aku menganggukan kepala, isyarat mengerti. Kalau kalian
langsung berpikir “mendaki gunungkan
barang bawaannya berat, banyak pula lagi.” “katanya gaboleh bawa barang-barang
berat, kok nekat naik gunung?” Akan ku jawab “Kan ada porter alias tukang angkut barang. Hidup jangan dibuat susah
deh :p”
Usai itu, aku melanjutkan ke pertanyaan berikutnya, mengenai apakah aku boleh bermain rafting, Dok? Sejurus kemudian Dokter memutar setengah kursinya,
entahlah apa yang beliau pikirkan, aku melihat ada tawa tertahan di bibirnya.
Sehabis itu, beliau mengemukakan jawabannya. Beliau berkata, panjang kali
lebar. Pada intinya, aku tidak diperkenankan untuk bermain rafting, sebab selain membutuhkan fisik yang kuat, banyak
gerakan-gerakan yang berisiko jika kulakukan, seperti gerakan menahan. Ya,
kalian pun pasti tau bermain rafting banyak
gerakan menahan, belum lagi jika sewaktu boot
melewati jembatan, di terjang arus jeram yang deras, aliran sungai
berkelok-kelok, boot yang terbalik, sungguh
melelahkan tentunya. Beliau juga menambahkan saran agar aku tidak melakukan gerakan-gerakan
seperti menahan itu tadi, serta gerakan memiringkan badan ke kanan ke kiri (bending), gerakan terlalu menukik dan
terlalu menunduk yang bisa memicu pen
patah. Aku bergumam, cukuplah patah hati,
patah pen, jangan. Hahaha. Setelah pertanyaanku dijawab, aku mengajukan
satu pertanyaan yang tak kalah absurd
dari sebelumnya haha. Yaitu
mengenai apakah aku boleh menaiki wahana permainan ekstrem, Dok? Sang Dokter menatapku lamat-lamat, lalu mengatakan
boleh, kan ada safety beltnya tutur
beliau. Usai tanya jawab itu selesai, aku meninggalkan ruangan Dokter dengan
senyum sumringah tak terbendung. Lega rasanya, kegelisahanku selama ini akhirnya
terjawab sudah. Meski tak disangkal akan banyak pertanyaan-pertanyaan
berikutnya di kemudian hari.
****
Cukup sampai di sini tulisanku, semoga
dapat membantu menjawab kegelisahan di hati dan pikiran kalian yang juga sedang
merasakan di posisiku. Pertanyaan-pertanyaan yang aku ajukan ke Dokter memang
nyata adanya, semua itu bentuk dari rasa ingin tahuku yang teramat besar.
Sebab, aku berpikir siapa lagi yang dapat menjawab pertanyaanku selain Dokter
Orthopedi, lagi pula apasalahnya bertanya bukan? Jadi, kalau kalian punya
pertanyaan jangan sungkan untuk ditanyakan.
Assalamualaikum Ade, adik saya baru selesai di operasi sekitar 3 minggu lalu, suadh bisa plang, kalau untuk jalan Baru sekitar 10 lngkah, mau tanya, Ade berapa lama bisa jalan dgn normal??, Apakah setelah operasi Masih pakai brace?, Berapa lama baru bisa rukuk?, Ada senam yag Ade lakykan ngakk??
BalasHapus