Pada kesempatan kali ini, aku akan menjabarkan perbedaan-perbedaan yang
sedemikian terjadi pada hidupku terutama pada tulang belakangku, sebelum terdapat
pen ataupun sesudah adanya pen. Well, sebelum membahas topik ini lebih jauh lagi, bersama Aku Tidak
Malu dari Wali untuk sedikit merenung atas apa yang pernah dilalui.
****
Menarik
garis ke masa itu, Senin 18 Januari 2016 sekitar pukul 20.00 malam, aku di pindahkan dari Ruang ICU ke Ruang
Rawat Inap (Ranap). Usai dipindahkannya aku dari ranjang ke kereta dorong,
serta selesainya perawat yang mengemasi peralatan.Aku di boyong keluar ruangan
ICU.Seperti menghirup udara bebas kembali. Bergulir melewati lorong-lorong
kecil, menuruni lift, lalu kembali mengarungi lorong-lorong kecilnan panjang di
tengah sunyinya malam dan hembusan angin yang menggigit. Dingin.
Malam
itu kesadaranku sudah sempurna. Sebelum ke Ruang Rawat Inap, aku mengunjungi Ruang
Radiologi untukrontgen,tapi urung
dilakukan, mengingat hari sudah malam atau mungkin ada hal lain, entahlah.
Selama di kereta dorong, aku hanya menatap langit-langit atap sesekali melihat orang-orang
hilir mudik.Tak sabar menanti suasana baru, pastinya tanpa adanya lagi
belalai-belalai plastic yang menjuntai di tubuh hahaha.Menginjak pukul
Sembilan, aku sampai di tempat peristirahatan, lantas tubuhku kembali di
pindahkan dari atas kereta dorong ke ranjang tempat tidur. OH, lagi lagi di
angkat. Rasanya itu masih terbayang jelas, tapi sulit sekali dijelaskan oleh
kata-kata.Sakit? Ah, tidak juga. Nyeri? Ah, bukan itu.Mungkin nano-nano atau tidak
jelas.
Keesokannya,
sebelum azan Shubuh berkumandang, suster menyibak gorden kamar, mengantarkan
air hangat untuk mandi.Wih, mandi.Lagi lagi menjadi hal yang di tunggu-tunggu
haha.Usai mandi dan mematut seragam pasien khas Rumah Sakit.Aku
berbincang-bincang dengan kedua Orang tuaku membahas kejadian selama di Ruang
ICU dan mereka terperanjat, antara sedih dan sebagainya.Selang beberapa waktu
kemudian Dokter datang mengunjungi untuk mengecek keadaanku, mengajarkanku berbagai
hal yang sebenarnya sudah familiar di
telinga namun seakan sulit untuk dilakukan.Ya, seperti belajar duduk, berjalan,
miring kanan, miring kiri dll.Semua mulai dari nol lagi, mendengar
penjelasannya aku macam bayi besar saja hahaha.
![]() |
Selfie pake baju RS wkwk |
****
Itulah sebagian potongan kisah beberapa hari di Ruang Rawat Inap.Menggurat
penuh kenangan, dari pagi, siang sampai malam, berputar.Hari – hari
membosankan.Hari – hari melelahkan.Hari – hari perjuangan. Dan Hari – hari
menunggu kepulangan. Jika harus mengingat, sudah banyak yang ku lewati di dalam
ruangan berpendingin itu. Masa – masa tidak bisa membuang air kecil sebab suatu
hal, sehingga harus berkawan dengan kateter(lagi).Disitu
aku menangis tergugu.Masa – masa
belajar memiringkan badan ke kanan dan kiri yang penuh perjuangan, dimana
rasanya badan terlalu berat untuk di geser, hingga bantal guling menjadi
penyamangat atas kerinduan memeluknya haha.Masa – masa belajar duduk, dimana
sebelum bangun dari atas ranjang harus menyiapkan kuda – kuda terlebih dahulu,
disusul ketika sudah terduduk kepala rasanya pening untuk beberapa detik.Masa –
masa belajar berjalan, dimana saat kedua kaki turun dari ranjang serasa baru
menginjakan kaki di Bumi pertama kali.Dingin.Haha.Lantas terhuyung – huyung
mencari pegangan untuk mencoba berjalan selangkah dua langkah.Masa – masa
ketika senja tiba, melihat ke bingkai jendela menyaksikan semburat jingga di
cakrawala, Uhhh.Masa – masa bila malam tiba sulit tertidur kalau suster belum
menyuntikan obat haha, untuk yang satu ini entahlah mengapa bisa terjadi.Seperti
kehilangan sesuatu.Spontan.Masa – masa saat menjelang Shubuh, dimana suster
rutin men-tensi tekanan darah padahal mata masih dalam posisi memicing, yang
sejurus kemudian suster lainnya membawa air hangat untuk mandi.Masa – masa
berjalan santai di koridor Ruang Rawat Inap setiap pagi yang bertujuan
memperlancar belajar jalan sekaligus melihat suasana luar, dimana malah jadi
pusat perhatian orang karena mungkin menurut mereka terlihat aneh, entahlah.
Masa – masa lebih hafal dengan jam makan pagi, siang dan sore ketimbang jam
besuk hahaha. Masa – masa mengganti bebat perban oleh suster, Ah aku ingat
betul kejadiannya.Begini, setelah berada di Ruang Rawat Inap, suster mengganti
dengan perban baru.Sebelumnya, aku memiringkan badan ke arah kanan, lalu suster
secara perlahan membuka perekat perban itu, pada awalnya sedikit sakit karena
bulu – bulu halus di sekitar punggung atas ikut terangkat, tapi hanya itu.
Selanjutnya, tidak terasa apa – apa. Hanya rasa dingin setelah suster membasuh
cairan entah obat atau apa ke sepanjang bekas jahitan. Ku kira akan sakit,
nyeri dan sebagainya tapi tidak sama sekali, malahan aku sampai terkantuk –
kantuk menunggu sampai selesai haha. Adapun perbincangan antara aku dan suster:
Suster
: “ De ? ”
Aku : “ Iya, Sus ”
Suster
: “ Jangan tidur “
Aku : “ Ngga, kok (sambil merem)”
Suster
: “ Yeeee, si Ade mah keenakan diganti perban malah tidur “
Aku : “ (terkekeh mendengarnya)”
Suster
: “ Gasakit kan, De? “
Aku : “ Ngga, Sus. Enak malah dingin he
he.Jahitannya panjang ga, Sus? “
Suster
: “ Lumayan, De. Sepenggarisan. 30cm lebih “
Aku : “ Ber – Oh panjang (mikir)”
Tak
lama dari dialog tersebut, bebat perban baru telah menutupi seluruh bagian
bekas jahitan. Sempurna.
Semua
masa – masa itu sempurna sudah terlewati di Rumah Sakit,dari awal hingga
akhir.Akan aku ingat dengan baik, sebaik hati para Suster dan Dokter selama ini.
Kini masa – masa itu hanyalah seuntai ‘kenangan’ yang sewaktu – waktu akan ku
selami ketika merindukannya.
****
Dan waktu untuk kesekian kalinya melesat cepat bagai anak
peluru.Berbulan-bulan sudah titaniumbersemayam
dalam tubuhku. Rasanya barukemarin aku rontgen,
menghitung jumlah derajat, mengurus persiapan Operasi yang melelahkan, dan
ternyata kini benda ‘asing’ itu telah bersamaku, mendampingi kemana pun ku
pergi, melewati hari – hari bersama, menemani si Bobon (panggilan khusus tulang
belakangku) di dalam sana. Sungguh indah yang dijanjikan-Nya.Sekarang tiba
waktunya untuk-ku memberikan penjelasan atas semua yang telah terjadi sebelum
maupun sesudah Operasi Skoliosis.
Dulu,
aku terlahir normal ke dunia, merasakan apa yang orang normal rasakan. Hingga
suatu ketika aku mulai merasakan ada yang ‘tidak beres’ dalam tubuhku. Itu terjadi pada usia belia di
tengah ke awaman saat itu, sebagai gadis polos aku menganggapnya hal sepele,
yang beberapa tahun kemudian terjawab sudah bahwa ini bukan hal sepele yang
dulu sempat terpikirkan. Lagi, lagi dan lagi waktu berlalu tanpa terasa.Kini,
usiaku baru menginjak kepala dua, bukan lagi gadis belia polos seperti beberapa
tahun silam. Dan dalam tulisan ini aku tak ingin mengadili masalalu-ku bersama
tulang belangkangku yang bengkok, lantas memakinya seperti dulu tidak terima
dengan apa yang dititipkan-Nya, sungguh bukan. Aku hanya ingin mengenang
kembali masa-masa bersamanya, masa
yang mengajariku arti bahwa fisik bukan segala-galanya, masa dimana ikhlas
adalah kunci menjalani hari bersama ‘pemberian’-Nya, dan masa-masa yang
tentunya punya ‘tempat’ special di tubuhku. Mari, bersama mengenangnya~
Beberapa
foto di bawah ini adalah foto bentuk tubuhku, dulu. Sebelum mengetahui lebih
dalam tentang Skoliosis, dimana ‘masa bodo’ adalah cara paling sederhana tidak
memikirkannya, menganggap ini tidak akan menjadi perubahan besar di waktu ke
depan.
![]() |
Badannya miring - miring unyu haha. Foto tahun 2013 |
![]() | ||
Waktu lagi hunting, bukan mau bunuh diri wkwk. Saking lagi bergaya sampe lupa ditegak-tegakin. Foto tahun 2012 |
Banyak gaya bisa bikin lupa sama bentuk tubuh, kembali miring unyu haha. Foto tahun 2014 |
![]() |
Anglenya udah pas, eh tapi lupa ditegak-tegakin wkwk. Foto Juli, 2015 |
![]() |
Foto punukku dari samping, keliatan ga?. Foto September 2015 |
Pada
gambar di bawah ini, menggambarkan sebenar – benarnya bentuk tulangku dulu.Mungkin sebagian temanku kaget setelah aku memutuskan untuk bertarung di
meja Operasi.Karena menurut mereka tidak ada yang terjadi pada diriku ha ha
ha.Ternyata mereka salah besar, dulu memang tak begitu nampak sebab aku yang
selalu pada posisi tegak, lebih tepatnya ditegak
- tegakin aku pun menyadari itu, sebagai salah satu bentuk perlawanan pada
tubuhku.Kamuflase yang berbuah rasa sakit.“Kejadian
besar seperti itu selalubisa membuatorang
cepat dewasa. Mereka, tidak bisa menghindar, tidak bisa melawan.Mereka hanya
bisa memeluk semua kesedihan.Memeluknya erat – erat.”Begitulah sekiranya
yang pernah aku rasakan.Sedih.
![]() | |
Ini wujud tulang belakangku. Unik. Btw sebelah kiri posisi lurus hadap depan, sebelah kanan posisi hadap samping. Foto rontgen September 2015 |
Aku memiliki kelainan tulang belakang (Skoliosis) dengan kebengkokan terakhir
83 derajat, sebelumnya simpang siur, naik dan turun.Keluar masuk Ruang Radiologi
merupakan hal biasa ketika Dokter menyuruhku rontgen. Berbagai salah – benar posisirontgen juga hal yang sering terjadi hingga berulang kali menjadi
‘model’ di Ruang Radiologi haha. Jujur untuk pertama kali melihat hasil rontgenmataku basah, sedih rasanya tapi
berangsur-angsur bisa menerima apalagi melihat hasil rontgen di atas ini, sempat cengar-cengir seketika, berpikir bahwa
aku punya tulang belakang yang meliak – liuk seperti aliran sungai.Unik.
Foto
di atas diambil pertengahan September 2015 lalu. Setelah melalui berbagai
proses panjang. Gambar berikutnya adalah Foto setelah Operasi Skoliosis, dimana
kini bersemayamnya pen & Screw di tulang
belakangku. Penjelasannya ialah, setelah di lakukan
koreksi, derajat pada tulang belakangku berkurang signifikan dari angka awal 83 derajat kini menyisakan 15 derajat.Alhamdulillah,
puji syukur kehadirat-Nya. Adapun foto punggung bagian belakang sebelum atau sesudah Operasi cuma terlalu vulgar kalau dishare disini hahaha
![]() |
Sebelah kiri posisi miring kanan & sebelah kanan posisi lurus hadap depan. |
![]() |
Ini tampak depan setelah di pasang titanium. |
Foto
selanjutnya adalah berbagai posisi yang ‘dulu’ mungkin terlihat mudah untuk
dilakukan. Padahal percayalah pada foto-foto ini (Ade, saya sendiri) berusaha
keras beberapa bulan terakhir melalui serangkaian proses panjang yang dilakukan
dengan kepenuh hati-hatian serta instruksi Dokter untuk melakukan gerakan
– gerakan pada gambar tersebut hahaha.
1. Gerakan Rukuk sebelah kiri
ialah aku, dan sebelah kanan ialah sepupuku (normal, sebagai model). Dari
gambar tersebut jelas terlihat perbedaannya antara posisi kanan dan kiri.
Sebelum Operasi, gerakan rukuk-ku dulu bisa seperti itu 90 derajat, sedangkan
setelah Operasi, posisi rukuk-ku berubah menjadi seperti di gambar tersebut.
Pertama kali mencoba rukuk itu setelah ada instruksi dari Dokter, pertengahan
April lalu. Awalnya agak ragu, kikuk pula, seakan-akan lupa caranya rukuk haha.
Perlahan-lahan mencoba membungkukan badan di ikuti kedua telapak tangan
merambat ke sekitar paha bawah lalu berhenti di atas lutut. Ya, hanya sampai
situ. Rasanya itu aduhai, gemetar sekali dari tangan, lutut, hingga kaki. Untuk
bagian punggung saat di bungkukan rasa awalnya berat dan ngeri-ngeri unyu
wkwkwk.
1.
Untuk gerakan sujud,
sebenarnya aku belum ada instruksi dari Dokter hahassttttt... Karena rasa penasaran yang tinggi akhirnya berani
eksekusi sendiri. Ceritanya begini, jadi siang itu aku lagi duduk di lantai,
entah kenapa seperti mendapat wangsit untuk melakukan gerakan sujud. Sebab itu
praktekin sendiri, caranya meniru seperti bayi yang ingin merangkak, setelah
itu perlahan – lahan menukik-kan kepala ke lantai, jadilah posisi sujud. Finally sekarang aku bisa gerakan sujud.
Untuk bagian yang ini, mohon jangan di tiru yaa!!! Dan gerakan - gerakan
lainnya mesti ada instruksi dari Dokter dulu. Jangan seperti aku.Hahaha.
1.
Posisi duduk melipat kaki sebelah
kiri ialah aku, dan sebelah kanan ialah sepupuku (normal, sebagai model). Dalam
gambar tersebut aku ingin memaparkan sebelum Operasi posisi duduk-ku bisa
bungkuk dengan badan condong ke belakang, setelah Operasi posisi duduk-ku jadi
tegak, itu karena tulang sudah ada yang menopang sebab itulah aku tak bisa
seperti gambar sebelah kanan pun dengan membusungkan dada, bukan lagi dada yang
membusung tapi bahu yang ketarik wkwk. Anyway
padahal dulu posisi kayak begitu paling enak sekali kalau lagi capek dan
ingin melemaskan punggung hahaha.
1.
Posisi duduk selonjoron
sebelah kiri ialah aku, dan sebelah kanan ialah sepupuku (normal, sebagai
model). Nah untuk yang satu ini mencobanya harus hati hati. Pada awalnya kedua
tangan di tempatkan seperti pada gambar sebelah kiri, lalu posisi badan di condongkan
kebelakang, disusul pelan – pelan kedua kaki di luruskan, posisi sama tidak
bisa 90 derajat, kalau pun bisa akan terasa nyeri di bagian bokong, lutut
bagian bawah, sekitar pinggang, dan punggung terasa tertarik aneh deh rasanya.
Maka dari itu jangan terbalik yaa kalau mau mencobanya.
1. Untuk gambar yang satu
ini, bukan bermaksud apa – apa. Dalam gambar tersebut aku mencoba menketatkan
pakaian-ku, dimana bentuk punggung yang sekarang seperti kempes, punuk/tonjolan besar yang dulu berada di punggung sebelah kanan
kini sudah tidak terlihat seperti dulu. MashaAllah,
luar biasa. Kadang tidak habis pikir, saat Operasi berlangsung punuknya diapain
sama Dokter sehingga setelah Operasi jadi begini. Dokter hebat sebagai
perantara-Nya.
1. Terakhir, untuk gambar ini
adalah posisiku ketika berdiri tegak menghadap posisi depan dan belakang. Banyak
yang bilang aku tinggi banget, nyatanya memang begitu. Sampai kalau ada anak
kecil yang melihat ke arahku seperti sedang melihat tiang listrik, mendongak.
Hahaha, kadang ya gimana gitu, tapi ya memang adanya begitu. Sebelum Operasi
tinggiku 165 cm dan setelah Operasi tinggiku bertambah sekitar 6 cm menjadi 171
cm. Tinggi semampai bagai model….hahaha
.
Begitulah
sedikit pemaparanku tentang perbedaan sebelum dan setelah dilakukannya Operasi.Kalau
ada yang bertanya ‘Nyamanan mana sebelum
atau sesudah Operasi?’ Hmm, bagiku ini pertanyaan yang sulit, tidak fair. Membandingkan dulu atau sekarang
menurutku sikap belum berdamai dengan masa lalu, dengan yang pernah ada, dengan
tulang belakang yang bengkok, dengan posisi tubuh yang condong ke satu arah,
dengan bahu yang tinggi sebelah, dengan punggung yang mempunyai punuk besar dllnya.
Disini akan ku jelaskan secara kacamata pribadi. Menurutku, Dulu atau sekarang. Sebelum atau sesudahnya
adatitanium yang bersemayam, ‘mereka’
memiliki kenyamanannya tersendiri, ibaratnya sudah ada porsinya masing –
masing. Tidak fair bilamana aku
menyatakan dengan titan, aku lebih
nyaman, padahal ia baru ada sejak awal tahun lalu. Sedangkan, aku dengan
pemberian-Nya sudah bertahun – tahun silam.Jadi, intinya bagaimana kita dapat
mensyukuri dan menyikapinya. Bagiku, selagi kita sudah berdamai dengan masalalu
inshaAllah semua akan terasa nyaman – nyaman saja pun bagaimana bentuknya kini
:))."Allah menciptakan manusia
sempurna dengan ketidaksempurnaanya."
![]() |
Ini waktu jogging sama mbakku. Btw kita beda 11cm haha |
![]() |
Alhamdulilah bisa lebih pede lagi haha. canda deng |
![]() |
Tadinya mau sit up cuma gajadi ngeriiii wkwk, alhasil yang bantuin aja |
![]() |
Kira - kira ini full body, abaikan mukanya lagi gafokus. wkwkwk |
Sebelum
mengakhiri tulisan ini aku mau berpesan.Bahwa apapun bentuknya sebelum atau
sesudah Operasi, kecil atau besar sisa derajatnya, aku dan yang lainnya
tetaplah seorang Skolioser, bertulang belakang bengkok. Operasi bukan sekadar
sarana meluruskan tulang belakang yang bengkok, namun lebih untuk mengkoreksi
tulang yang bengkok agar tidak mengganggu organ lain. So, apapun usaha yang
telah dilakukan percayalah waktu akan menjawabnya cepat atau lambat. Sekali skoliosis selamanya tetap skoliosis. Keep Strong !!
Terakhir,
tak henti-hentinya kuucapkan rasa syukur tiada tara kepada sang Pencipta , rasa
terimakasih tak terhingga yang telah memberikan hadiah terindah di luar
ekspektasiku, semoga dengan ini aku bisa menjaga pemberian-Nya lebih baik lagi.
Terimakasih pula kepada kedua orang tuaku yang dengan sabar merawatku hingga
kini, saudara, teman – teman MSI (Masyarakat Skoliosis Indonesia) juga yang tak
bisa kusebutkan satu - persatu. Serta terimakasih kepada pihak RUSP Fatmawati ,
Jakarta. Telah memberikan pelayanan terbaiknya.Untuk Dokter Didik Librianto
sp.OT (K-Spine), Dokter Fachrizal sp.OT (K), Dokter Ridho, Dokter Ivan, Dokter
Rico, Dokter Feni, Dokter Ronald, Dokter Ainun, suster Dian, Pak Didi, Mas Yoga
serta yang lainnya yang telah membantu mewujudkan. Terimakasih banyak. Tanpa
semuanya mimpi ini tak akan pernah terealisasikan :'))
Untuk
kalian yang sudah mau-maunya menyempatkan membaca tulisan ala kadarnya ini.
Terimakasih. Semoga dapat bermanfaat, maafkan bilamana kata-kata saya ada yang
tak berkenan bukan maksud menggurui, semata-mata tulisan ini saya buat untuk
'mengenang masa-masa bersamanya.
#KItaTangguhBukanRapuh
#SkolisisFighter #TemanHidup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar