Rabu, 25 Maret 2020

Pesan Pertama dan Terakhir (lanjutan)


Cuplikan-cuplikan peristiwa abadi dalam ingatan seketika kembali, seolah sengaja di bangunkan untuk mengusik anak-anak pikiran yang sudah menenang. Kalimat “kapan-kapan kita bertemu lagi ya” darimu, sukses besar membuat tidurku malam itu dikerubungi senyuman. Manis sekali,

Masih ingatkah kau momen itu? Aku yang menggebu-gebu pantas memilikimu seutuhnya, ternyata malah ditekuk lutut mengaku kalah dengan ia yang tak pernah kau ceritakan. Aku berusaha mundur perlahan, menggenggam erat apa saja yang bisa ku gapai. Aku merasa paling hancur, patah, retak bagai cangkang telur. Namun ketika berhadapan denganmu sekali lagi, aku luluh. Tak mengerti jampi-jampi apa yang kau pergunakan. Melihatmu tersenyum dari jauh atau melihatmu lewat di lini masa membuat degup jantungku berdegup tak beraturan. Kadang kala aku ingin memulai obrolan lebih dahulu, satu dua berhasil sesuai rencana, sisanya huallahualam. 

Di depanmu aku menutupi basahnya luka dengan apa saja untuk terlihat bahagia dan baik-baik saja. Namun di belakangmu jangan ditanya, banyak kalimat umpatan atau kesedihan yang aku lontarkan di lini masa sebelah, tentu tanpa kau dan teman-teman dunia nyataku yang menyebalkan itu.

“Dasar bodoooooooooh”
“Bebal bgt sih dibilangin, dasar bucin!!”
“Yaela cari lagi, kaya gaada yang lain aja, helawwwww”

Kata si menyebalkan yang belum bisa move on dari mantannya, ketika memberi apel pagi padaku.

Aku hanya mengangguk mengiyakan, respon tersingkat dan secepat mungkin. Malas berlama-lama dengan manusia menyebalkan nan keras kepala itu. Ada yang sama sepertiku? Mari kita berkawan.

                                                                        ***

Di dalam jiwa yang kuat terdapat hati yang kosong, mungkin pepatah itu cocok untuk dirinya. Setiap keempat bola mata bertumbukan, aku bisa melihat ke dalam sana. Mata yang sama, yang selalu merefleksikan kesepian yang ditutup-tutupi. Jika diperkenankan, ingin sekali aku menjadi relawannya sekadar untuk teman bicaranya, melewati hari-hari yang berat dengan canda tawa, membicarakan mimpi-mimpi di masa depan, seringan obrolan apapun yang mampu mengisi kekosongan yang ada, atau mungkin sesekali deep talk hati ke hati…. Maaf, untuk opsi terakhir, itu memang tujuanku.

Sepandai-pandainya aku menulis, bakal malas juga ketika sedang rebahan.
Jadi, pesan pertama dan terakhirku cukup sampai di sini.



*NB

JIka kau membaca bermacam-macam tulisanku, percayalah, selalu ada kau di dalamnya.

Sekian.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar