Roses are
red
Violets are
blue
I am
getting losing
Because I
miss you
Source: Twitter |
Menuju
akhir tahun lalu, ada satu-dua peristiwa yang membuatku down-sedown-downnya.
Salah satunya adalah tentang kehilangan. Kehilangan yang membuatku menarik diri
dari lingkungan untuk beberapa waktu. Aku yang sebelumnya amat menyukai
kegiatan menyendiri dalam suatu waktu, kali ini sebaliknya. Aku yang sebelumnya
menyukai lagu-lagu mellow untuk penyemangat menulis, kali ini sebaliknya. Aku
yang sebelumnya baik-baik saja, kali ini sebaliknya. Aku yang sebelumnya giat
menulis, kali ini terpaksa untuk hiatus. Aku yang sebelumnya suka membaca, kali
ini tak pernah lagi menyentuh barang sedikit pun deretan buku di rak. Aku
menjauhi keramaian, tapi tak sanggup ketika dihadapi kesepian. Aku menjadi lebih
sensitif dari biasanya. Aku menjadi manusia paling nelangsa.. Lagu-lagu kesedihan
yang tak sengaja terdengar saat di perjalanan seakan meledekku, membuatku semakin
terhunus semakin dalam, betapa rasa kehilangan bercampur rasa sakit hati saat
itu merubah hidupku 180 derajat dari sebelumnya. Satu nama ditetapkan menjadi
oknum pemecah konsentrasiku kala itu, berulang-ulang dalam otak bagaikan
mantra. Sungguh meresahkan!
Aku
menjadi pemurung, membatasi pertemuan dengan siapa pun, membatasi berbalas
pesan, mengurangi percakapan panjang. Aku lebih banyak berdiam diri, sesekali
diselingi melamun. Pernah tebersit untuk menutup segala komunikasi yang ada,
namun urung. Aku seperti nakhoda yang kehilangan arah, mudah terbawa arus,
limbung. Hingga aku berpikir, mau sampai kapan terus begini? Meratapi kesedihan
yang berlarut-larut, menyelami terlalu dalam kehilangan yang seharusnya
disudahi.
Iya, itu a k u beberapa
waktu lalu. Tidak dengan sekarang. K i n i.
Sejak kejadian itu
berlangsung, aku mencoba mengobati diriku sendiri, berusaha menyembuhkan luka
yang telanjur menganga. Aku mengikuti serangkaian therapy emotional healing,
berbagai cara kulakukan. Kendati harus jatuh bangun diterpa kerinduan masalalu yang
terus menggoda masa-masa penyembuhan lukaku. Dan ya, aku berhasil melaluinya! Aku
bangkit dari kesedihan yang berkepanjangan. Aku mulai mencintai diri sendiri,
yang mungkin sempat terlupa. Meminta maaf pada diri sendiri atas kesalahan yang
kubuat, yang ternyata lebih sulit daripada mengakui kesalahan pada orang lain. Aku
belajar bertanggung jawab atas rasa yang kubuat sendiri, lalu mengendalikan
rasa tersebut. Termasuk menundukkan ego jika harapanku tak sesuai kenyataan.
Banyak pembelajaran
yang kini aku terapkan di kehidupanku sekarang. Termasuk mengabaikan hal-hal
yang selama ini menyakitiku secara halus. Aku tak lagi mencari tahu dan tak mau
tahu lagi tentang beberapa hal, aku menjauhi semuanya secara perlahan.
Kemudian, aku menjadi pribadi yang baru lagi. Reborn.
Aku tahu, ini bukan
saja tentang kehilangan, tapi lebih luas dari itu. Namun, aku tak menyangkal semua
berawal dari sana. Aku tak bisa menuliskannya secara terperinci, tetapi dengan
aku menulis seperti ini, separuh bebanku terasa lebih ringan.
Kini, aku menertawai
diriku sendiri, betapa pernah menyakiti diri sendiri hanya karena rasa yang tak
bisa kukendalikan sendiri. HAHAHAHA.
Iya, setiap orang
memiliki kuasa penuh atas rasa yang tercipta. Aku tak bisa menuntut oranglain
untuk melakukan hal yang sama percis, seperti apa yang aku lakukan kepadanya,
yang jika tak sesuai, aku akan merasakan kekecewaan. Kekecewaan yang tak jarang
dibuat sendiri. Manipulasi perasaan.
Kini,
aku mulai membuka diri lagi
Kini,
aku mulai meluangkan waktu untuk sebuah temu
Kini,
aku mulai menyempatkan membalas pesan secepat yang aku bisa dan sepadat apa pun
kegiatanku
Kini,
aku mulai menulis lagi
Kini,
aku mulai mendengarkan lagu-lagu kesukaanku
Kini,
aku mulai membaca buku-buku yang tak sempat terjamah
Dan
ya, maaf.
Tulisan
ini terhenti di sini
B.E.R.S.A.M.B.U.N.G
Semangat ade! Duh bacanya ikutan murung aku ������������ orang macam apa dia sampe bikin down 😒😒😒😒😒 kzl
BalasHapusSetelah percakapan di whatsapp waktu itu, aku berdoa semoga semua bisa baik-baik seperti semula. Meskipun pasti rasanya nggak plek 'kembali', tapi aku percaya kamu pasti bisa. Himnae, kak Ade! ☺
BalasHapusSemua orang pasti pernah ngerasain seperti kakak. Termasuk aku. Aku setuju kalau kudu dimulai dari memaafkan diri sendiri. Hal sederhana yang sebenernya paling ngejawab, tapi kita (aku) malah mencari hal lain untuk menjadi jawaban, yang kadang masih kurang tepat.
Semangat slaloe kak! 😊
dalemm banget yaah hehe :')
BalasHapusSedalam rasaku padanya kala itu :)
HapusAssalamualaikum Ade, saya sudh baca tulisan skoliosis mu, saya punya adik perempuan baru selesai di operasi, saya mau Tanya" ke Ade, bisa? Klau bisa tolong emailnya dongg
BalasHapusWa'alaikumsalam.
HapusBisa, adekurniasih008@gmail.com