![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUMW5hhUs5oga82dLFVZ81JhNVq7L0famVwZ6odXllyTpJHsVlATr6Xn0_ognULdcyaNlzZl1NSMx5uOPURxc-b0kDcp-jQ4M58M2Rf44HlnfwlZjbxgNJXAJeUMvS8Y4Ax34LuY0/s400/A.png)
#YukBacaBuku
mungkin salah satu dari banyak tagar seruan untuk menghidupkan minat membaca
pada era modern ini terhadap dunia literasi. Secara pribadi, aku suka akan
kegiatan membaca dan menulis. Jika dapat bertemu atau sharing dengan sesama
penikmat salah satunya aku sungguh sangat senang. Namun, sayangnya. Sulit
menemuinya, mereka lebih senang membaca puluhan chat bahkan lebih, dibanding membaca buku-buku tipis hingga tebal
bergenre aneka ragam. Menggerakkan seseorang untuk menyukai kegiatan membaca
tentunya susah susah gampang. Sama halnya dengan membangunkan seseorang yang
sedang tertidur pulas lantas mengguncang-guncangkan tubuhnya agar segera
bangun. Mereka pasti akan merajuk, berdalih ini-itu, lalu kembali keaktivitas
sebelumnya. So, jika menggerakkan seseorang butuh waktu, kenapa tidak mulai
dari diri sendiri untuk menyukainya terlebih dahulu bukan? Daripada
berlarut-larut meratapi, mari ku ajak kalian para pembaca tulisan ini untuk
menikmati betapa indahnya membaca buku :).
Bicara mengenai sejak
kapan aku mulai suka dunia membaca, mungkin akan memakan waktu lebih banyak
untuk menjelaskannya. Singkatnya, aku menyukai bahkan mencintai kegiatan
membaca ini sejak aku mulai jatuh hati pada dunia tulis-menulis. Saat itu aku mulai
berpikir keras, sebanyak apapun aku menulis sebuah cerita jika tidak dibaca
ulang mungkin aku akan kesulitan memikirkan ide apa untuk melanjutan cerita ke
depannya, mengkoreksi kesalahan pada tulisan di mana, kata-kata rancu dan
sebagainya. Sebab itu, aku mengulang-mengulang bacaan tulisanku, lalu
senyam-senyum sendiri mendapati tulisanku teramat berlebihan ketika itu hahaha.
Well, lupakan masalah itu dan kita mulai dari sini.
Awal
Januari 2016 lalu, sebagai pembuka tahun baru. Aku mulai membaca dua novel karya
Surayah Pidi Baiq berjudul, Dilan dia adalah Dilanku tahun 1990 dan Dilan dia adalah
Dilanku tahun 1991. Meski kedua novel itu telah rilis di tahun
sebelumnya, keduanya sukses membuat suhu badanku memanas, aku demam. Perasaan
berkecamuk, dan galau seketika. Padahal beberapa hari ke depan aku tak boleh
sakit sama sekali karna akan menjalani Operasi Skoliosis, tak lucu jika Operasi
ditunda sebab sang pasien jatuh sakit, memikirkan kelanjutan kisah cinta
legendaris Dilan dan Milea. Hahahaha. Novel Dilan pertama, mengisahkan
bagaimana perjalanan pedekate antara Dilan dan Milea, dikemas dengan
bumbu-bumbu humor di zamannya, beberapa berisi perkelahian anak muda
mempertahankan prinsipnya, dan lebih banyak lagi percakapan antara Dilan dan
Milea yang lucu, romantis dan nagih untuk dibaca berulang. Sesekali pipiku
bersemua merah membayangkan kelakuan Dilan, menyeringai di sudut kamar ketika
membaca bagian krusial antara mereka. Ditambah latar Kota Bandung zaman dahulu
yang aku yakini lebih romantis daripada yang diceritakan di novelnya. Apalagi
saat bagian akhir dari novel tersebut menyatukan tali kasih antara Dilan dan
Milea, aku terbuai dibuatnya. Bagai merasakan menjadi Milea yang pada tanggal
22 Desember 1990 silam telah resmi menjadi pacar Dilan. Di dalam naungan warung
Bi Eem, mereka menandatangani sebuah ikrar sebagai buktinya. Lantas setelah itu
mengarungi Jalan Buah Batu, berdua di atas motor CB 100, dibubuhi guyuran
hujan, menjadikan akhir Desember yang dingin sekaligus berkesan. Uhhh, so sweet
bukan? Tenang itu masih bagian pertama, bagian kedua dan ketiganya masih ada.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPCBJhGeWiAm6wXRxWyVfbuuOtm75tdqT7eZhmrIZfDwJQQObuFo6UrkzYw5atyyZpCbCnvaMeHfh6APjsHrpzx7Zy7flcSU6hisVUKb8jtVj_ub1ewRmJItUYLmsQupFSK35ZH7c/s320/6.jpg) |
Sumber: Google |
Setelah
menyelesaikan novel pertama kurang dari seminggu, aku melanjutkan ke novel seri
keduanya. Melihat sampul depannya saja aku sudah degdegan dibuatnya. Bismillah.
Aku melafalkan. Ku baca perlahan sambil menghayati. Dan pecaaaaaaaaaaah!.
Bagian pertama masih diisi dengan hal romantis sebagai sepasang kekasih.
Selanjutnya diisi beberapa cerita mengenai Dilan, pertikaian, saat-saat Dilan
ditahan, sampai yang bikin aku syok. Ya, mereka berpisah. Sebagai fans garis
keras keduanya, aku amat sungguh sedih dan kecewa. But, yagimana lagi memang
jalan ceritanya seperti itu. Dan pada saatnya mereka dipertemukan di sebuah
gedung setelah sekian lama tak bertukar kabar, aku masih mengharapkan ada
secercah harapan disitu, namun sayang seribu sayang, Milea telah memiliki
kekasih. Mas Herdi. Jungkir balik perasaanku. Belum lagi buku ketiganya berjudul
Milea yang waktu itu sedang digarap. Diceritakan melalui sudut pandang Dilan,
membuat penasaran pembaca termasuk aku. Aaaaaaaaaaaaah gemas menantinya. Untuk
melengkapi kesedihan, patah hati, dan evek samping lainnya dengarkanlah
bersamaan dengan lagu Voor Dilan #1 Kamulah Mauku, Voor Dilan #2 Itu Akan Selalu,
Voor Dilan #3 Dulu Kita Masih Remaja, Voor
Dilan #4 Kaulah Ahlinya Bagiku, Voor Dilan #5 Di Mana Kamu, dan Voor Dilan
#6 Kemudian Ini. Pilih salah satu jika ke enam lagunya dirasa
terlalu menguras perasaan :”)).
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgu9m5-trq2t1DVAvb1vyoe9TALEvpjJpvwx26TyUfjTeKqCJk1uQ4-t2xe5D8FWeEpNs2xhA64j8bSiADlfAHhzCGmNaAsXuKElYMqB7UsYyeeVcvaGiel-BpgMYoso7UGX7lttaw/s320/dilan+2.jpg) |
Sumber: Google |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzgkr6kmZbfgkXITYvu5M98PucyPnV8AZ_HVtmRWoSm9kgyA_zabdYZU4sEv8jkRarZPUqUGKrEv-YzX2l39-VMQvWrC_Vawlm3Mh-ThNQTglSPq6vrFAkoE545Aip8ISJ0ExkRo0/s320/bumii.jpg) |
Sumber: Google |
Bulan
berikutnya, aku menikmati masa pemulihan pasca Operasi ditemani oleh novel
berseri karya Tere Liye. Bumi. Waktu terus bergerak, tapi bacaanku masih merangkak. Baca
sedikit, kepalaku pening. Baca banyak, punggungku mengeluh, bila dipaksakan aku
mendapat paket komplit sekaligus. Dan pada akhirnya aku memakan waktu satu
bulan untuk menuntaskannya. Bumi, menceritakan perjalanan Raib, Seli, dan Ali
berpetualang di dunia paralel. Klan Bulan. Setelah melewati banyak kejadian
yang tak bisa dipahami oleh nalar. Awalnya aku tak mengerti ini cerita mau
dibawa ke mana, tujuannya apa, membingungkan sekali haha. Eh tunggu tunggu, itu
pemahamanku saja yang terlalu dini. Bab per bab ku baca saksama, dan aku mulai
mengerti alurnya. Satu kata, SERUUUUU! Membaca kisah Raib, Seli dan Ali.
Seakan-akan membawa pembaca ikut ke dalam dunia paralel yang antah berantah
dengan isinya melebihi dunia fantasi semata. Dihiasi pertarungan antara Raib
dkknya dengan sosok tinggi kurus, bernama Tamus. Urusan teknologinya yang
segitu maju dibanding Klan Bumi, dan tentunya Raib mendapatkan sarung tangan
Bulan yang diwariskan garis keturunannya. Sayang, setelah sampai di bagian
akhir ceritanya ternyata bersambung. Aku menghela nafas tertahan. Kecewa. Kisah
berikutnya, dalam novel BULAN. Akhir Maret, aku mulai untuk membaca novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman El Shirazy. Buku
setebal 690 halaman itu kubaca dalam waktu nyaris 2 bulan. Meski pada awalnya
pesimis bisa melahap habis. Kelanjutan kisah Fahri dan Aisyah di novel sebelumnya
Ayat-Ayat Cinta, ini sangat menakjubkan. Berlatar kota Edinburgh, UK dan sekitarnya.
Menambah aksen Eropa amat kental. Jujur aku bingung, akan menceritakannya
darimana, tiap babnya sayang jika dilewatkan. Bagiku bagian paling klimaks
adalah, ketika Fahri menyadari bahwa Sabina adalah Istrinya Aisyah. Sabina
ialah Asisten Rumah Tangganya. Bila di novelnya diceritakan Fahri hilang kontak
dengan Aisyah selepas kepergiannya ke Palestina. Fahri terus mencari Aisyah ke
seluruh penjuru, namun malang Aisyah tetap tidak ditemukan. Ia menganggap
Aisyah telah tiada, mengingat Alicia teman Aisyah ditemukan sudah menjadi mayat
dengan kondisi mengenaskan. Hey, ku kira Aisyah memang sudah meninggal.
Ternyata belum, Aisyah merubah namanya menjadi Sabina. Luntang-lantung bak
imigran mencari keberadaan Fahri. Wajahnya rusak, itu ia lakukan demi menjaga
kehormatannya. Aku masih ingat betul dialognya “Lebih baik wajahku rusak tapi kehormatanku tidak rusak”. Mantapppppppp!!!.
Selain sarat makna dan pesan. Novel ini mampu menggetarkan jiwa siapa saja yang
membacanya. Mataku berkaca-kaca ketika tiba dibagian akhir cerita. Sumpah ini
harus banget diangkat ke layar lebar TJAKEEEEEEP abis! Untuk kalian yang
penasaran bisa mencarinya di toko buku kesayangan pemiliknya.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKf57EYWnMBPgGwRg67t_MsuTqArqPkYKaUTovCg7O67LHhRCk8jkSUo41dZbZSuYxOEqwaII4TGhep4QnTn5w4GUbD4tc7ttUtJY0KnhqLCShTta92e-bZPV96lCAZ7X0DCpwGOQ/s320/2016-01-31+10.01.10+1.jpg) |
Sumber: Google |
Sehabis
novel Ayat-Ayat Cinta 2. Aku melanjutkan ke novel berikutnya, Rembulan Tenggelam
Di Wajahmu karya Tere Liye. Tidak kalah bagus dari novel
sebelum-sebelumnya. Kurun waktu 2 minggu, novel itu telah selesai ku baca.
Mengisahkan perjalanan mengenang masa lalu Ray yang dikemas secara tak terduga.
Hingga pada akhirnya menjawab pertanyaan-pertanyaan hidupnya selama ini, 5
pertanyaan dan 5 Jawaban. Lewat 426 halamannya mampu membuat hatiku resah. Secara
tak langsung mengajarkanku bagaimana memaknai kehilangan dan kesakitan. Lebih
sederhananya lagi membuat kita berpikir bahwa apa yang sekarang terjadi buah
dari sebab dan akibat yang kita perbuat. Cepat atau lambat waktu membuktikannya.
Hingga kini, novel ini masih menjadi salah satu favoritku dari sekian novel
yang pernah kubaca. Pas sekali jika membaca novel ini ditemani secangkir teh dan
iringan lagu lawas Tommy J Pisa – Biarkan
Aku Menangis, menambah nuansa kepedihan mendalam, seperti ketika Ray ditinggal
oleh Gigi kelincinya. Amat sangat menyentuh dan RECOMMENDED!!! Lima bulan dan
baru membaca lima novel kurasa masih terlalu sedikit. Bulan ke enam, aku mulai
membaca lagi. Masih dengan novel karya Tere Liye,
judulnya Hujan.
Novel yang baru beberapa bulan setelah rilis itu akhirnya bisa ku nikmati.
Bermodalkan meminjam dan saling bertukar novel dengan adik kelasku. Dari novel
hujan aku belajar hakikat menerima seperti kutipan berikut ini “Barang siapa bisa menerima, maka dia akan
bisa melupakan, hidup bahagia” sebaliknya. Seperti diceritakan tokoh Lail
dan Esok (Soke Bahtera) seorang anak lelaki jenius yang dahulu menyelamatkannya
ketika gempa terjadi. Penggalan kalimat di atas benar, dan aku setuju meski
harus bersusah payah membujuk separuh hatiku yang lain untuk menyetujuinya.
Masih di bulan Juni,
rampung menyelesaikan novel Hujan. Aku beringsut ke novel selanjutnya. Novel Islami
karya Asma Nadia Jilbab Traveler: Love Sparks in KOREA ini
kupinjam juga sama adik kelasku. Cerita perjalanan travelling Rania dengan
latar berbagai negara dan benua ini selesai dalam waktu 8 hari, yang di awal
bulan Juli tahun lalu diangkat ke layar lebar. Selesai dari itu, aku kembali
membaca novel Tere Liye dengan judul Sepotong Hati Yang
Baru. Novel berisi 8 cerita berbeda itu kelar dalam waktu sangat singkat. Penuh akan nasihat luar biasa,
sangat meremas hati dan aku sukak!. Di akhir Juni sampai pertengahan Juli aku
lagi lagi membaca novel Tere Liye, Sunset & Rosie.
Novel berlatar suasana senja, 425 halaman itu mampu menyihir pembaca merasakan
apa yang di rasakan Tegar Karang terhadap sahabat kecilnya Rosie. Antara Cinta
dan Persahabatan. Kemudian aku membaca dua novel bergenre romance yaitu Saranghae Oppa dan satu lagi aku lupa judulnya. Bercerita tentang
perjuangan ksatria memperjuangan cintanya berlatar negeri tirai bamboo dan satu
novel bercerita tentang memilih antara dua pilihan besar dengan latar negeri
ginseng. Kedua novel tersebut sempat membuat aku bingung lantaran kisahnya
mengangkat unsur De Javu. Aku menyelesaikannya keduanya kurang lebih dua
minggu. Berlalu dari itu, kira-kira awal Agustus aku membaca novel karya Sylvia Plath, The Bell Jar. Kisah klasik tentang kegalauan dan
penemuan jati diri dengan tokoh bernama Esther Greenwood. Gadis muda berusia
sekitar 19 tahun, yang baru saja mendapat penawaran beasiswa college di New
York, Amerika. Semua pengeluaran dan biaya hidup ditanggung. Masalahnya, Esther
tidak merasa senang maupun bahagia dengan semua yang ia dapatkan. Hingga suatu
hari, ia mengalami depresi berat dan berniat bunuh diri.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1hyphenhypheno5kSOlxbhsTySPS-YKAd19kvHwqY1gRcxDmG-xVNeTMVJ2ZtzUVIEwyg-9PfKwlYZBX7wFEdvoWnjo-w-eO2ofRgVyWuk9FDivdRoQLoksulDpvAdGvOl-bl-6bRtTeHZmK84/s320/IMG20170504082111.jpg) |
Dokumen Pribadi |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8m50CmvsgqePwAwV55k5CkdSanTw0dg6W_SpHSKZDyEu3lp88TwabvLuZbsXCuqbnCYYTxvKzqysfgw7rw_mYvIFQS6d7PnNbwjjpqeMcwYekpzoXLQ7SF_s51g3lY34y3HMYKXo/s320/2016-04-29+11.36.33.jpg) |
Dokumen Pribadi |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar