Jumat, 23 Desember 2016

Malam yang Selalu Dinantikan




“Terlepas dari segala bayang-bayang masa lalu. Waktu mengajakku bernostalgia bersamamu. Hari sabtu yang menggebu-gebu, kau merengkuh bahuku dari terpaan angin dingin di bulan Desember. Menggamit telapak tanganku berusaha menghangatkan, di bawah naungan senja kemerah-merahan.

Semesta tersipu malu, melihat kelakuan dua anak manusia saling bersandar membatu. Ditemani suara melenguh lembu di kejauhan. Menambah kesan kealamian. Belum lagi langit yang bersih tak tersaput awan. Seperti senyummu yang menawan.”


***

Aku beranjak dari meja belajar di sudut ruangan, sebelumnya ku simpan draft tulisanku kemudian menonaktifkan program laptop.  Tak lama, aku merebahkan diri di ranjang tua bertumpuk dua. Rupanya waktu telah menunjukkan pukul 00.15 tengah malam. Kakakku yang sudah tertidur pulas sejak kumandang azan Isya itu tampak menikmati dunia mimpinya. Aku menghela nafas panjang, tercenung melihat langit-langit kamar yang mulai usang. Sudah hampir 3 tahun kebelakangan ini aku selalu tidur larut malam. Alasannya bermacam-macam, kalau ditanya Ibu, Ayah atau kakakku, aku akan menjawab ada tugas yang mesti dikerjakan dan dikumpulkan esok hari atau logisnya aku yang belum mengantuk. Padahal lebih jauh dari itu, alasan utamaku ialah aku ingin mengeluarkan apa saja yang membebani pikiranku, dan malam hari adalah waktu yang tepat bagiku membebaskan segala beban-beban itu. Di tengah kesunyian malam, jari-jemariku lihai mengetikkan rangkaian kata-kata di papan keyboard yang tentunya diarahkan langsung oleh otakku. Semakin larut ide-ide itu semakin menunjukkan eksistensinya. Aku menceritakan semuanya di sana, mulai dari rutinitas sehari-hari, teman-teman yang menyebalkan sampai masalah hati yang pelik tak luput dari perhatianku. Jika menurutku bagus dan laik di baca orang lain, akan aku posthing tulisan-tulisan itu ke dalam situs blog pribadiku detik itu juga. Aku menyadari, tulisanku jauh dari kata sempurna dan bisa di bilang masih kalangan amatiran.



Usai meratapi permasalahan diriku, aku bergegas bangkit menuju toilet di ujung lorong rumah. Rupanya, lampu besar di tengah ruang keluarga telah dipadamkan, hanya aku saja yang baru menyadarinya. Ketika melewati kamar Ayah dan Ibu, aku berhenti sejenak, mendengarkan suara mendengkur mereka yang bersahut-sahutan. Aku tersenyum tipis, rasanya belum lama aku tidur bersama mereka dalam satu ranjang, mendengarkan cerita-cerita kehidupan mereka yang serba memprihatinkan sejak kecil sebelum tidur, sungguh candu yang merindukan. Ku tengok waktu menunjukkan pukul 00.50 sepertinya aku terbawa keharuan sampai lupa waktu. Buru-buru aku masuk ke dalam toilet. Selain membuang air kecil, aku menyiduk air untuk berwudhu, setelah itu aku berhambur keluar toilet, entahlah tengah malam dalam keadaan terjaga seorang diri membuat bulu kuduk dan perasaanku bertentangan.  Memasuki kamar, langsung ku ambil perlengkapan sholat di dalam almari. Malam itu, Aku hanyut dalam kegamangan, bersimpuh kepadaNya lebih lama lagi, menengadahkan kedua tanganku menutupi sebagian wajah. Di iringi lantunan kidung suci yang keluar dari gerak mulut yang tak bersuara. Malam itu, aku mengundang para malaikat untuk bergabung bersamaku, aku ingin para malaikat mengungkungku dalam keadaan suci. Ujung mataku tak kuasa membendung bulir-bulir air mata hingga merembas membasahi mukena. Malam itu, aku memohon pengampunan padaNya, entah harus memulainya dari mana, yang ku mau kegamangan ini harus segera diakhiri. Sesaat dari itu aku menangis tergugu. Malam itu, hatiku tercabik-cabik, perih. Tubuhku terasa lebih lemah, pandanganku kabur, sampai akhirnya tidak sadarkan diri dan tergolek tak berdaya di atas sajadah biru lembut bermotif Ka’bah.
To be Continue…

1 komentar:

  1. Aftershokz Titanium 2.0 G - ITanium Art - TITanium
    This is the full version of a titanium cost new video citizen titanium dive watch game developed by TITanium that was released for trex titanium headphones the Sega titanium white fennec Mega Drive and titanium wok Mega-CD systems.

    BalasHapus