“Terlepas dari segala bayang-bayang masa lalu.
Waktu mengajakku bernostalgia bersamamu. Hari sabtu yang menggebu-gebu, kau
merengkuh bahuku dari terpaan angin dingin di bulan Desember. Menggamit telapak
tanganku berusaha menghangatkan, di bawah naungan senja kemerah-merahan.
Semesta tersipu malu, melihat kelakuan dua anak
manusia saling bersandar membatu. Ditemani suara melenguh lembu di kejauhan.
Menambah kesan kealamian. Belum lagi langit yang bersih tak tersaput awan.
Seperti senyummu yang menawan.”
***
Aku beranjak dari meja belajar di sudut ruangan,
sebelumnya ku simpan draft tulisanku
kemudian menonaktifkan program laptop.
Tak lama, aku merebahkan diri di ranjang tua bertumpuk dua. Rupanya
waktu telah menunjukkan pukul 00.15 tengah malam. Kakakku yang sudah tertidur
pulas sejak kumandang azan Isya itu tampak menikmati dunia mimpinya. Aku
menghela nafas panjang, tercenung melihat langit-langit kamar yang mulai usang.
Sudah hampir 3 tahun kebelakangan ini aku selalu tidur larut malam. Alasannya
bermacam-macam, kalau ditanya Ibu, Ayah atau kakakku, aku akan menjawab ada
tugas yang mesti dikerjakan dan dikumpulkan esok hari atau logisnya aku yang
belum mengantuk. Padahal lebih jauh dari itu, alasan utamaku ialah aku ingin
mengeluarkan apa saja yang membebani pikiranku, dan malam hari adalah waktu
yang tepat bagiku membebaskan segala beban-beban itu. Di tengah kesunyian
malam, jari-jemariku lihai mengetikkan rangkaian kata-kata di papan keyboard yang tentunya diarahkan
langsung oleh otakku. Semakin larut ide-ide itu semakin menunjukkan
eksistensinya. Aku menceritakan semuanya di sana, mulai dari rutinitas
sehari-hari, teman-teman yang menyebalkan sampai masalah hati yang pelik tak
luput dari perhatianku. Jika menurutku bagus dan laik di baca orang lain, akan
aku posthing tulisan-tulisan itu ke
dalam situs blog pribadiku detik itu juga. Aku menyadari, tulisanku jauh dari kata
sempurna dan bisa di bilang masih kalangan amatiran.
Usai meratapi permasalahan diriku, aku bergegas
bangkit menuju toilet di ujung lorong rumah. Rupanya, lampu besar di
tengah ruang keluarga telah dipadamkan, hanya aku saja yang baru menyadarinya.
Ketika melewati kamar Ayah dan Ibu, aku berhenti sejenak, mendengarkan suara
mendengkur mereka yang bersahut-sahutan. Aku tersenyum tipis, rasanya belum
lama aku tidur bersama mereka dalam satu ranjang, mendengarkan cerita-cerita
kehidupan mereka yang serba memprihatinkan sejak kecil sebelum tidur, sungguh
candu yang merindukan. Ku tengok waktu menunjukkan pukul 00.50 sepertinya aku
terbawa keharuan sampai lupa waktu. Buru-buru aku masuk ke dalam toilet. Selain
membuang air kecil, aku menyiduk air untuk berwudhu, setelah itu aku berhambur
keluar toilet, entahlah tengah malam dalam keadaan terjaga seorang diri membuat
bulu kuduk dan perasaanku bertentangan. Memasuki
kamar, langsung ku ambil perlengkapan sholat di dalam almari. Malam itu, Aku hanyut
dalam kegamangan, bersimpuh kepadaNya lebih lama lagi, menengadahkan kedua
tanganku menutupi sebagian wajah. Di iringi lantunan kidung suci yang keluar dari
gerak mulut yang tak bersuara. Malam itu, aku mengundang para malaikat untuk
bergabung bersamaku, aku ingin para malaikat mengungkungku dalam keadaan suci.
Ujung mataku tak kuasa membendung bulir-bulir air mata hingga merembas
membasahi mukena. Malam itu, aku memohon pengampunan padaNya, entah harus
memulainya dari mana, yang ku mau kegamangan ini harus segera diakhiri. Sesaat
dari itu aku menangis tergugu. Malam itu, hatiku tercabik-cabik, perih. Tubuhku
terasa lebih lemah, pandanganku kabur, sampai akhirnya tidak sadarkan diri dan
tergolek tak berdaya di atas sajadah biru lembut bermotif Ka’bah.
To be Continue…
Aftershokz Titanium 2.0 G - ITanium Art - TITanium
BalasHapusThis is the full version of a titanium cost new video citizen titanium dive watch game developed by TITanium that was released for trex titanium headphones the Sega titanium white fennec Mega Drive and titanium wok Mega-CD systems.