Jumat, 03 September 2021

Assalamualaikum Calon Imam

Tiga tahun lalu, bertempat disalah satu pusat perbelanjaan di tengah kota. Aku bertemu dengan seorang kawan, ini pertemuan ketiga sejak beberapa pertemuan dibatalkan sebab pelbagai hal, salah satunya jadwal kami yang tak selaras. Pertemuan kami di buka dengan menikmati segelas sunday. Selanjutnya, bertanya kabar menjadi topik pertama yang jadi perbincangan, setelahnya topik hangat lain yang sempat kami bahas melalui kolom chat WhatsApp. Ia mengamatiku dari pucuk kepala hingga kaki, katanya aku bertambah cantik, yang dipuji tersipu malu.

Kami bertemu dalam perhelatan akbar tempo hari, menjadi insan tak saling mengenal satu sama lain. Hingga waktu ke waktu semakin dekat. Pertemuan kali ini disponsori oleh peminjaman beberapa novelnya yang berakhir diberikan secara cuma – cuma kepadaku, lagi-lagi aku tersipu malu, entah harus membalas seperti apa kebaikannya. Maka sebagai balasannya, aku mengajaknya berkeliling pusat perbelanjaan yang diakhiri makan bersama di sebuah  foodcourt. Kami menikmati hidangan dengan diselingi tawa maupun foto bersama. Puas berkeliling kami menepi di sudut ruang berjendela tinggi, terduduk di lantai sambil menikmati pemandangan dari atas. Ia banyak bertanya, sesekali ingin tahu bagaimana kemajuan asmaraku kala itu. Aku menceritakan padanya secara rinci, bagaimanapun ia punya andil di dalamnya.

Beralih ke sembarang topik, ia tiba – tiba membujukku untuk membaca sebuah novel yang waktu itu ia rekomendasikan. Katanya aku harus membacanya, selain isinya bagus juga membuat siapapun yang membacanya akan gagal move on. Saat itu aku hanya mengiyakan, mengingat daftar bacaan dan kegiatan yang masih harus kuselesaikan terbilang banyak. Mana sempat aku membaca novel ratusan lembar itu, meski aku senang membaca beratus-ratus halaman, namun kurasa belum tepat momennya. Hingga saatnya pulang dan akan berpisah kembali, ia masih saja membujukku untuk segera membacanya hahaha. Seperti ada hal penting yang ia ingin sampaikan melalui novel tersebut. Di akhir pertemuan, setelah kalimat – kalimat perpisahan dan rencana pertemuan selanjutnya terangkai, ia mengatakan satu hal yang mungkin sudah ia tahan sejak awal, aku masih ingat ia mengatakan satu kalimat panjang,

 Semoga kamu nanti dapat suami, calon imam yang baik, sholeh, mapan, bisa ngaji, tampan, kaya, idaman pokoknya deh, bismillah aku doain”.

Sepersekian detik aku tertegun, sejurus kemudian meng-aamiinkan dengan khusyuk doa yang ia panjatkan. Aku menatapnya sambil tersenyum, sebelum benar-benar hilang dari pandangan tak lupa kubalas doa untuknya dengan sebaik-baiknya doa. Sore itu kami berpisah di gerbang menuju stasiun, setelah menikmati semangkuk sop duren ternikmat di tengah kota.

Di perjalanan pulang, aku membuka goodie bag yang berisi empat novel berukuran sedang sampai tebal yang ia berikan, aku bermaksud mencari novel yang ia rekomendasikan sejak awal. Ketemu! Aku tersenyum membaca judulnya, kubaca sinopsisnya, tak lupa kubaca bagian penulis di halaman belakang dari novel tersebut, dan yaaa! kutemukan tulisan tangan yang sepertinya tulisan kawanku, isinya;

Apakah saya bisa menjadi pasangan hidup untuk …. (menuliskan sepenggal nama berawalan huruf  abjad) di dunia nyata?”  Aku tersenyum lebar, mengerti apa maksudnya selama ini hahaha.

 

Namun, sayangnya….

Meski aku ingin sekali melanjutkan, tulisan ini harus sementara terhenti.

 

 

B.E.R.S.A.M.B.U.N.G

Tidak ada komentar:

Posting Komentar